Wednesday, June 27, 2012

You are My Destiny (Part II)

Keesokan harinya Grace menghubungi Yuna. Ia mengatakan bahwa ingin menemui Yuna. Mereka pun janjian bertemu di salah satu caffe tempat Grace dan Dito sering bertemu.
Sore itu pun caffe ini belum terlalu ramai. Di pojok kanan sebuah ruangan, terlihat seorang wanita yg sedang menatap ke luar jendela. Sosok wanita yg tentu saja lebih cantik dariku, mungkin tepatnya nyaris sempurna. Wanita yg mungkin sampai sekarang masih membuat pacarku selalu memerhatikannya bahkan melebihi aku yg pacarnya sendiri.

Aku pun berdehem. Ternyata itu mampu membuat dia sangat kaget dan sadar dari lamunannya.
" Oh rupanya kau, silahkan duduk! ", kata Grace sambil tersenyum.
" Ada apa kau mencariku? ", tanya ku sambil duduk dihadapannya.
" Ada hal yg perlu aku jelaskan padamu. Tapi sebaiknya kita pesan minuman dulu."

Setelah minuman pesanan kami datang, Grace pun akhirnya memulai membuka pembicaraan.
" Yuna, maaf jika kemarin aku merusak acaramu dengan Dito. Kemarin aku tiba-tiba merasa tidak enak badan. Aku tidak tahu mesti menghubungi siapa lagi. Jadi aku pun menghubungi Dito dan meminta dia menjemputku di kantor lalu membawaku pulang. "
" Ya, tak apa, aku juga sudah memakluminya. " ucapku datar.
" Maaf juga jika sampai sekarang aku masih menghubunginya, karena dia lah satu-satunya kerabat yg dekat denganku. ", ucap Grace lirih.
" Aku mengerti, aku mungkin sudah terbiasa jika tiap kali Dito meninggalkanku ataupun membatalkan janjian denganku hanya untuk menemuimu." ucapku agak ketus.
" Aku pun merasa jika aku selama ini sangat mengganggu hubungan kalian. Tapi jujur aku belum bisa melepaskan Dito. Aku memang mencintai pria lain, dan pada waktu itu aku lebih memilih mencintai pria itu dan menolak Dito. Tapi ternyata pria itu sama sekali tak mencintaiku. Lalu tak lama aku pun mendengar bahwa Dito telah berpacaran denganmu dan kalian ingin bertunangan. Pada saat itu aku merasa sangat sedih.  Aku sadar aku kelak akan kehilangan dia. " ucapnya dengan mata berkaca.
" Kau dulu menolaknya untuk seorang pria yg baru kau kenal. Padahal kau tau bahwa Dito saat itu sangat mencintaimu, bahkan mungkin sampai sekarang. Lalu ketika aku bertemu dengannya, dan perlahan aku mulai menyembuhkan lukanya, kini kau kembali dan bilang tak ingin melepasnya. "
Aku berhenti sejenak. Dadaku terasa sesak, air mata ku pun kini mulai menetes.
Kucoba kembali mengatur nafas dan melanjutkan pembicaraan.

" Aku mencoba sabar tiap kali ia meninggalkanku lalu pergi menemuimu. Aku berusaha menahan cemburu tiap kali ia selalu membicarakanmu. Aku sadar ia ternyata lebih mementingkan dirimu dibanding aku. Ya mungkin seperti ini sakit hati yg Dito rasakan saat kau meninggalkannya. Aku rela menahan sakit, asal Dito bisa tetap bersamaku. Jika kamu tak mau melepasnya, aku pun tak akan melepasnya, aku akan mempertahankannya. Walaupun aku tahu di hatinya bukan hanya ada aku, tapi ada kau juga. Tapi aku akan mencintainya, aku tak akan biarkan dia terluka seperti kau melukai dia. " ucapku dengan tatapan tajam.

Aku pun mencoba menghapus air mata yg membanjiri wajahku. Aku pun menguatkan diri untuk berdiri dan meninggalkan tempat itu. Kulihat dia hanya tertunduk di dalam isakan tangisnya.
Aku pun melangkah kan kakiku dan meninggalkannya seorang diri. Badanku terasa lemas, nafasku tak beraturan, dan kembali air mata menetes di pipiku.



No comments:

Post a Comment