Thursday, June 28, 2012

You are My Destiny (Part III)


Aku melangkahkan kakiku masuk ke halaman rumah. Rasanya badanku sangat lemas. Terlebih saat melihat Dito sudah berdiri di depan rumahku.
" Grace sudah menceritakan semuanya padaku. ", ucapnya dengan mata tajam.
Aku tercengang. Apa yg Grace katakan pada Dito? Apakah Dito akan meninggalkanku?
" Hey! Kenapa kamu bengong? ", tanyanya meledek.

" Kamu... ", belum selesai pembicaraanku air mata kembali menetes.
" Apakah kamu berpikir aku akan kembali bersama Grace? ", senyumnya sambil mengelus kepalaku dan menghapus air mataku.
" Lalu?? ", tanyaku singkat.
" Aku memilihmu Yuna. Kamu lah yg telah membuat aku sembuh dari lukaku. Saat bersamamu aku terkadang tak seperti diriku. Kamu selalu membawa kebahagiaan untukku.", jawabnya sambil menggenggam tanganku.

Aku tak menyangka dia mengatakan itu semua. Dia yg kukira hanya menganggapku pelampiasan cintanya, ternyata memilihku, memilih bersamaku. Tapi ada sedikit keraguan dihatiku.

" Bagaimana dengan Grace? ", tanyaku lagi.
" Aku telah menjelaskan semua kepadanya. Kelak dia akan mengerti, sekarang biarkan dia berpikir.", jawabnya tegas.
" Tapi bukankah kamu?? "
" Kamu berpikir aku masih mencintainya? Kamu salah, aku bersikap seperti ini karena aku tidak mau membuat dia terluka lagi. Dia sudah cukup terluka dengan pria itu. Dia telah ku anggap seperti adikku sendiri. Jadi ku harap kamu mengerti jika sementara waktu aku masih harus menemaninya.
Dan sekarang aku kelak akan selalu menghubungimu, aku tak akan membiarkan kamu menunggu sendirian lagi. Aku tak akan membuat gadis yg aku sayangi ini menangis lagi ", tatap matanya lembut.
" Jadi kamu tidak akan meninggalkan aku?? ", tanyaku meyakinkan.
" Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu. Aku sudah mendapatkan seorang wanita yg sempurna untukku. Aku tak mau kehilangan orang yg aku sayangi lagi. Aku yakin kamu lah jodoh yg dikirim Tuhan untukku. Kamu adalah takdirku, Yuna.


Dito pun memelukku dengan erat. Aku menangis haru dipelukannya. Dia pun mencium keningku.
Aku merasa sangat bahagia karena sekarang aku bisa bersama orang yg aku sayang. Tuhan mungkin telah mentakdirkan kami untuk mempertemukan dan mempersatukan kami. Dan aku yakin Dito adalah cinta sejatiku.

Wednesday, June 27, 2012

You are My Destiny (Part II)

Keesokan harinya Grace menghubungi Yuna. Ia mengatakan bahwa ingin menemui Yuna. Mereka pun janjian bertemu di salah satu caffe tempat Grace dan Dito sering bertemu.
Sore itu pun caffe ini belum terlalu ramai. Di pojok kanan sebuah ruangan, terlihat seorang wanita yg sedang menatap ke luar jendela. Sosok wanita yg tentu saja lebih cantik dariku, mungkin tepatnya nyaris sempurna. Wanita yg mungkin sampai sekarang masih membuat pacarku selalu memerhatikannya bahkan melebihi aku yg pacarnya sendiri.

Aku pun berdehem. Ternyata itu mampu membuat dia sangat kaget dan sadar dari lamunannya.
" Oh rupanya kau, silahkan duduk! ", kata Grace sambil tersenyum.
" Ada apa kau mencariku? ", tanya ku sambil duduk dihadapannya.
" Ada hal yg perlu aku jelaskan padamu. Tapi sebaiknya kita pesan minuman dulu."

Setelah minuman pesanan kami datang, Grace pun akhirnya memulai membuka pembicaraan.
" Yuna, maaf jika kemarin aku merusak acaramu dengan Dito. Kemarin aku tiba-tiba merasa tidak enak badan. Aku tidak tahu mesti menghubungi siapa lagi. Jadi aku pun menghubungi Dito dan meminta dia menjemputku di kantor lalu membawaku pulang. "
" Ya, tak apa, aku juga sudah memakluminya. " ucapku datar.
" Maaf juga jika sampai sekarang aku masih menghubunginya, karena dia lah satu-satunya kerabat yg dekat denganku. ", ucap Grace lirih.
" Aku mengerti, aku mungkin sudah terbiasa jika tiap kali Dito meninggalkanku ataupun membatalkan janjian denganku hanya untuk menemuimu." ucapku agak ketus.
" Aku pun merasa jika aku selama ini sangat mengganggu hubungan kalian. Tapi jujur aku belum bisa melepaskan Dito. Aku memang mencintai pria lain, dan pada waktu itu aku lebih memilih mencintai pria itu dan menolak Dito. Tapi ternyata pria itu sama sekali tak mencintaiku. Lalu tak lama aku pun mendengar bahwa Dito telah berpacaran denganmu dan kalian ingin bertunangan. Pada saat itu aku merasa sangat sedih.  Aku sadar aku kelak akan kehilangan dia. " ucapnya dengan mata berkaca.
" Kau dulu menolaknya untuk seorang pria yg baru kau kenal. Padahal kau tau bahwa Dito saat itu sangat mencintaimu, bahkan mungkin sampai sekarang. Lalu ketika aku bertemu dengannya, dan perlahan aku mulai menyembuhkan lukanya, kini kau kembali dan bilang tak ingin melepasnya. "
Aku berhenti sejenak. Dadaku terasa sesak, air mata ku pun kini mulai menetes.
Kucoba kembali mengatur nafas dan melanjutkan pembicaraan.

" Aku mencoba sabar tiap kali ia meninggalkanku lalu pergi menemuimu. Aku berusaha menahan cemburu tiap kali ia selalu membicarakanmu. Aku sadar ia ternyata lebih mementingkan dirimu dibanding aku. Ya mungkin seperti ini sakit hati yg Dito rasakan saat kau meninggalkannya. Aku rela menahan sakit, asal Dito bisa tetap bersamaku. Jika kamu tak mau melepasnya, aku pun tak akan melepasnya, aku akan mempertahankannya. Walaupun aku tahu di hatinya bukan hanya ada aku, tapi ada kau juga. Tapi aku akan mencintainya, aku tak akan biarkan dia terluka seperti kau melukai dia. " ucapku dengan tatapan tajam.

Aku pun mencoba menghapus air mata yg membanjiri wajahku. Aku pun menguatkan diri untuk berdiri dan meninggalkan tempat itu. Kulihat dia hanya tertunduk di dalam isakan tangisnya.
Aku pun melangkah kan kakiku dan meninggalkannya seorang diri. Badanku terasa lemas, nafasku tak beraturan, dan kembali air mata menetes di pipiku.



Tuesday, June 26, 2012

You are My Destiny

Yuna kembali menatap layar handphone-nya. Sudah satu jam dia menunggu Dito di taman kota.
Karena tak ada kabar, Yuna pun terpaksa menghubungi Dito.

" Dit, kamu dimana? Aku sudah nunggu satu jam disini." ucap Yuna dengan nada kesal.
" Yuna, maaf jika kamu menunggu lama, tapi aku harus mengantar Grace. Dia sedang sakit. Jika kamu bosan, kamu pulang saja. " jawab Dito cepat seraya mematikan telfonku.

" Lagi, lagi wanita itu. Apakah dia itu lebih penting dariku? Bukankah aku ini pacarmu! Kenapa selalu saja Grace yg ada dipikiranmu. ", gumam Yuna dalam hati.

Grace memang lebih dulu ada di kehidupan Dito. Mereka memang berteman dari kecil. Mereka sudah seperti kakak adik. Karena mereka sama-sama anak tunggal. Ya tepatnya setelah adiknya Dito meninggal saat ia berumur 10 tahun. Grace lah yg selalu menghibur Dito.

Kini sudah setengah jam berlalu. Dito pun tak kunjung muncul. Yuna pun memutuskan untuk pulang dengan hati kesal.
Malam harinya, Dito pun ke rumah Yuna.
" Untuk apa kamu kesini? ", bentak Yuna kasar.
" Maafkan aku Yuna. Lagipula aku kan sudah menyuruhmu pulang ", jawab Dito datar.
" Tapi bisakah kau mengabari aku jika kau tidak bisa datang? Kenapa kau membiarkan aku menunggu? ", ucap Yuna kesal.
" Aku kan juga sudah menyuruhmu pulang. Kenapa masih menungguku! ", kali ini dengan suara tinggi.
" Oke, baiklah. Lain kali aku tidak akan menunggumu! ", jawab Yuna sambil menutup pintu rumahnya.

Dito pun terdiam. Dia sadar kali ini ia telah membuat Yuna sangat marah. Tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya dia pun terpaksa pulang.



Saturday, June 9, 2012

Lembaran Baru

Di hari ini ingin memulai mencoba membuka lembaran baru. Memberanikan diri menatap panasnya matahari, melihat dunia luar, merasakan terpaan angin, merasakan butiran hujan. Mencoba mempertanyakan lagi arti kehidupan.